Jumat, 21 Oktober 2016

Dongeng Delapan Putri (Tidak) Tidur

Dahulu kala, di Negeri Bungabunga, hiduplah 7 kurcaci  yang rajin dan cerdas. Mereka tinggal disebuah pangkal pohon besar di tengah hutan.
Hari ini, mereka bekerja seperti biasanya. Ada yang memotong dan mengumpulkan kayu, ada yang bersiap ke pasar, ada yang masak, ada yang mencuci. Semua dilakukan bersama-sama secara bergiliran. Tapi ada yang aneh pagi ini, kurcaci nomor lima duduk termenung sambil memegang sapu.
"Hey Lima, apa yang kamu lakukan? Lekas sapu halaman kita!" Satu mengomel sambil menjemur pakaian. Yang lain menoleh sambil tetap melakukan pekerjaan mereka.
"Ingatkah kalian pada ramalan peri daun saat mampir kesini musim dingin yang lalu?" Lima mengakhiri lamunannya dan bertanya pada saudara-saudaranya. Yang lain diam, mengernyitkan dahi.
"Tentang seorang putri cantik yang akan datang pada kita. Lalu ia akan tertusuk jarum beracun milik penyihir yang jatuh di area rumah kita dan hanya orang tertentu yang bisa menemukannya." Lima mengulang kembali perkataan Peri Daun. Saudara yang lain mulai tertarik dan meninggalkan pekerjaan mereka. Mereka duduk melingkar di bawah pohon dan menyimak kata-kata Lima.
"Lalu, ada pangeran yang akan menyelmatkannya," kata Lima melanjutkan.
"Menurutmu...emm...apa kau percaya ramalan itu?" Tanya Dua tiba-tiba. Yang lain saling berpandangan.
"Emmm...kalian tahu kan, Peri Daun dikenal sebagai peri yang agak...gila?" Dua mencoba mengingatkan tentang Peri Daun yang dikenal agak gila dan suka berhalusinasi. Yang lain mengangguk, entah mengiyakan atau baru ingat siapa Peri Daun.
"Tapi, tetap saja aku penasaran. Kalian tahu? Kalau benar ramalan Peri tua itu, maka nanti malam adalah waktu kedatangan putri yang diramalkan itu!" Kata Lima, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
***
Tok tok tok
Semua kurcaci terbangun demi mendengar ketukan pintu malam-malam. Semua saling pandang, turun dari tempat tidur mereka dan berkumpul di meja bulat. Ketukan itu belum berhenti, malah semakin kencang. Kurcaci-kurcaci itu sama-sama paham meski tak saling bicara, antara takut dan rasa tidak percaya. Benarkah ramalan itu terjadi?
Satu sebagai kakak tertua akhirnya memberanikan diri membuka pintu rumah mereka. Saat dibuka, terlihat seorang gadis cantik berdiri didepan pintu. Semua terperangah, berdesakan ingin melihat putri dalam ramalan itu. Putri itu cantik jelita. Wajahnya berbinar-binar dan merona.
"Siapa anda? A...apakah anda putri yang diramalkan?" Lima yanh tiba-tiba sudah berada disamping Satu, berkata terbata. Putri itu tersenyum simpul.
"Ramalan apa? Aku tersesat dan butuh tempat bermalam." Gadis itu menyunggingkan senyumnya. Memamerkan gigi-giginya yang putih bersih.
"Oh, namaku Lala. Boleh masuk?"
Para kurcaci tergagap mempersilahkannya masuk.
"Tentu saja, rumah kami cukup luas bahkan untuk sepuluh manusia sekaligus," kata Tiga antusias. Lala masuk dengan susah payah, melewati pintu yang hanya seukuran setengah badannya. Eh, tapi tunggu! Di belakang Lala masih ada manusia-manusia lain! 1,2,3....astaga!
"Kalian berdelapan?!" Lima terkejut.
"Kami kira...kau...kalian..." Tujuh tak sanggup menyelesaikan ucapannya. Delapan putri? Bukankah ramalannya hanya satu?
"Kami lelah sekali. Bolehkah kami tidur?" ucap seorang putri berbaju merah yang berdiri di belakang putri Lala.
"Oh, tentu saja. Tapi kami belum tau nama kalian," kata Empat mengingatkan para putri untuk menyebutkan nama.
"Oh ya, kami lupa. Perkenalkan ini putri Devi, Putri Zia, Putri Nyovi, Putri Ayik, Putri Nisa, Putri Triani dan Putri Mufid..."
"Mufid? Putri?" tiba-tiba Enam menyela perkataan putri Lala.
"Ohya, agak terdengar aneh namaku. Mungkin kau pikir itu nama laki-laki?" putri Mufid menjawab Enam dengan ramah.
"Oh tidak...emm iya...anu...Mufid adalah nama hamster laki-laki peliharaan kami," kata Enam diiyakan yang lainnya. Putri Mufid terkejut, disusul tawa putri yang lain.
"Baiklah, kalau begitu, panggil aku Mumu saja," kata putri Mufid atau Mumu.
Mereka akhirnya beristirahat, setelah para kurcaci juga memperkenalkan diri. Para putri tidur diruang bawah tanah, yang ternyata sangat luas. Sepeninggal para putri, para kurcaci terdiam, bingung dengan apa yang baru mereka alami.
"Ramalan itu...apa Peri Daun salah menyampaikan info?" empat membuka suara.
"Entahlah...ada baiknya kita tunggu esok pagi. Mungkin ada delapan jarum beracun dan delapan pangeran yang akan menyelamatkan mereka." Satu menutup malam itu dengan kegundahan, menunggu apa yang akan terjadi esok pagi.
Keesokan paginya, para putri membantu para kurcaci bekerja.
"Kalian dari mana sih? Sedang apa di hutan ini?" Tujuh yang sedang memasak sarapan bersama putri Nisa dan putri Zia mulai penasaran. Putri Nisa dan putri Zia berpandangan, lalu tersenyum.
"Kami berasal dari kerajaan Bungasalju," jawab putri Zia.
"Benar, dan kami sedang tersesat. Awalnya kami sedang mencari bunga supermom untuk tugas biologi di sekolah kerajaan. Eh malah tersesat," imbuh putri Nisa.
"Bunga supermom? Kalian tahu bunga itu sangat langka kan?" Tanya Tujuh kaget dengan apa yang mereka cari.
"Iya benar, dan kami harus menemukannya untuk tugas anatomi tumbuhan," kata Putri Devi yang tiba-tiba muncul di dapur membawa wortel dari kebun kurcaci.
"Kami harap kalian bisa membantu," ucap putri Zia.
"Hey...hey...keluarlah!" Satu tergopoh-gopoh memanggil semua yang ada di dalam rumah. Mereka mengikuti Satu untuk melihat apa yang terjadi. Diluar rumah, kurcaci dan putri yang lain tengah berdiri didekat seorang pangeran berkuda putih.
"Aku pangeran dari kerajaan Bungarampai, datang kesini untuk sebuah ramalan," kata pangeran itu dengan gagah.
"Astaga, pangeran ini tampan sekali," bisik putri Triani pada putri Ayik.
"Iya benar, dengar detak jantungku begitu kencang karena melihatnya," timpal putri Ayik sambil memegang erat dadanya seakan takut jantungnya melompat.
"Ramalan apa?" Putri Nyovi memberanikan diri bertanya.
"Ramalan tentang seorang putri yang datang kemari lalu tertusuk jarum beracun. Putri itu akan tertidur hingga pangeran baik hati datang dan mengoleskan minyak kayu putih di hidungnya," kata Lima menjelaskan.
"Benar sekali, Peri Daun yang mengabarkan padaku. Jadi, dimana putri tidurnya?" Pangeran celingukan mencari sesok putri cantik yang sedang tertidur.
"Kami memang putri," kata Lala.
"Tapi kami berdelapan," kata Mumu.
"Kami tidak tertusuk jarum," kata Nyovi.
"Dan, kami tidak tidur. Seperti yang kau lihat," kata Devi.
"Lalu? Ba...bagaimana dengan ramalan itu?" Pangeran tertunduk kecewa. Semua hening, bingung harus melakukan apa.
"Kenapa kau tidak memilih salah satu dari kami?" tanya putri Ayik tiba-tiba.
"Iya benar. Mungkin kami bisa pura-pura tidur?" Nisa menambahkan alternatif solusi.
"Tidak...tidak. Aku punya ide lebih bagus. Kenapa kita tidak mencari jarum beracun itu?" kata Zia dengan semangat. Tak ada yang berkomentar, semua diam. Mereka saling paham bahwa solusi itu tidak ada yang solutif sama sekali.
"Lihat, itu Peri Daun!" tiba-tiba Triani berteriak.
Peri Daun terbang dengan sangat kencang, tergesa-gesa dan mendarat serampangan di atas kepala kuda milik pangeran.
"Asataga astaga! Aku salah, teman-teman...aku salah!" Peri Daun berkata dengan nafas sersengal-sengal.
"Minum dulu, lalu bicara pelan-pelan." Nyovi mengambil air diatas daun lalu menyodorkan pada Peri Daun. Peri Daun meminumnya dengan sekali teguk.
"Di mana putri cantikku yang sedang tertidur, Peri?" Tanya pangeran, tak sabar mendapat penjelasan dari si peri.
"Iya Pangeran, aku akan menjelaskannya. Jadi ramalan itu datang musim depan. Sekarang belum waktunya. Maafkan aku teman-teman," kata peri menjelaskan. Semua yang ada di tempat itu kaget. Apalagi delapan putri yang awalnya tidak tahu menahu soal ramalan itu.
"Jadi intinya aku harus kembali kesini musim depan?" pangeran bersungut-sungut dan menunggangi kudanya. Ia pergi dengan kesal.
"Lalu delapan putri ini? Maksudmu, mereka bukan bagian dari ramalan?" Enam bertanya pada Peri. Ini membingungkan.
"Oh bukan, tentu saja. Mereka hanya putri yang tidak ada hubungannya dengan cerita romantis putri tidur. Abaikan saja." Peri Daun lalu terbang menjauh, meninggalkan para putri dan kurcaci dalam kebingungan.
TAMAT

Catatan: dongeng absurd ini dipersembahkan untuk ulang tahun ke tiga Supermom Wannabe. Semoga kita tetap bisa berkarya dan bermanfaat meski kecil. Ketchup satu-satu untuk Ayik, Lala, Mumu, Nyovi, Triani, Zia, Nisa. Kita bisa dengan bersama-sama.

Follow yaaaaaah:
Tumblr kami: supermomwannabee.tumblr.com
Ig dan Twitter kami: @supermom_w
FP facebook kami: Supermom Wannabe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar